Influencer Marketing

Influencer Marketing Sepenting Apa Sih?

Influencer Marketing
Influencer Marketing. Sumber: Google

Memilih Influencer yang Tepat: Strategi Anti Gagal Untuk Marketing

Kunci utama dari influencer marketing adalah memilih orang yang tepat. Ini bukan sekadar soal nyari yang followers-nya jutaan. Salah pilih influencer, bisa-bisa kampanye kamu malah boncos.

Beberapa Strategi Yang Perlu Dihindari Dalam Memilih Influencer

Pertama, Jangan Silau Sama Jumlah Followers

Kesalahan paling umum adalah memilih influencer hanya karena jumlah pengikutnya banyak. Padahal, yang lebih penting adalah tingkat interaksi (engagement rate) dan kesesuaian audiens mereka dengan target pasarmu. Influencer dengan followers lebih sedikit tapi audiensnya loyal dan aktif seringkali jauh lebih efektif. Bahkan, riset menunjukkan nano-influencer (1.000-10.000 followers) punya engagement rate 8.7%, jauh di atas macro-influencer (1.7%).

Kedua, Riset Dulu, Pilih Kemudian

Sebelum mengajak kerja sama, lakukan riset mendalam. Lihat gaya komunikasinya, konten-konten sebelumnya, dan yang paling penting, pastikan nilai-nilai yang mereka anut sejalan dengan brand-mu. Misalnya, kalau brand-mu peduli lingkungan, jangan bekerja sama dengan influencer yang sering pamer produk fast fashion. Reputasi influencer juga sangat penting, karena reputasi buruk bisa berdampak negatif pada citra brand-mu.

Ketiga, Jaga Keaslian Konten

Salah satu kekuatan influencer adalah sentuhan personal dan keaslian mereka. Jangan paksa mereka mengikuti skrip yang kaku dari brand. Beri mereka kebebasan berkreasi agar pesan promosinya terasa tulus dan tidak seperti iklan biasa. Audiens bisa merasakan, lho, mana konten yang jujur dan mana yang “maksa”.

Keempat, Punya Tujuan yang Jelas

Sebelum mulai, tentukan dulu tujuan kampanyemu. Apakah untuk meningkatkan brand awareness? Mendorong penjualan? Atau menambah traffic ke website? Tujuan yang jelas akan membantumu mengukur keberhasilan kampanye secara objektif.

Kelima, Jangan Lupakan Kontrak

Meskipun kelihatannya santai, kerja sama dengan influencer tetap butuh perjanjian yang jelas. Buat kontrak yang mengatur soal jumlah konten, jadwal posting, hak cipta, dan detail lainnya agar tidak ada masalah di kemudian hari.

Belajar dari yang Sudah Sukses

Biar makin kebayang, yuk lihat beberapa contoh brand yang sukses menjalankan influencer marketing dengan cara yang cerdas:

Dyson: Gak Cuma Manusia, Anabul Pun Bisa Jadi Influencer!

Siapa sangka hewan peliharaan bisa jadi influencer? Dyson membuktikannya!. Untuk mempromosikan produk pembersih bulu hewan, Dyson bekerja sama dengan 5 pet influencer di Instagram. Kerennya, Dyson memberikan kebebasan kreatif penuh kepada para pemilik hewan untuk membuat konten yang menghibur. Mereka juga memilih influencer bukan berdasarkan jumlah pengikut, tapi kecocokan audiens. Salah satunya bahkan hanya punya 2.500 followers tapi menghasilkan engagement tertinggi!. Hasilnya? Kampanye ini meraih 1 juta views dan tingkat engagement 10%.

Samsung Indonesia: Strategi Keroyokan yang Cerdas

Saat meluncurkan Samsung Galaxy S21, Samsung Indonesia menggandeng 13 influencer dan portal berita teknologi sekaligus. Strateginya dibagi dalam beberapa fase. Di fase pre-launch, mereka membangun rasa penasaran audiens lewat fitur question box dan polling di Instagram Story. Saat hari peluncuran, para influencer melakukan siaran langsung untuk mendemokan keunggulan produknya. Hasilnya luar biasa, target views dan engagement terlampaui, dan varian Samsung Galaxy S21 Ultra 512 GB jadi produk paling laris di periodenya.

Avoskin: Kekuatan Seorang Brand Ambassador

Brand skincare lokal ini menunjuk aktor Refal Hady sebagai Brand Ambassador (BA) untuk peluncuran produk tabir surya mereka. Refal Hady aktif berinteraksi dengan komunitas Avoskin di media sosial dan hadir di acara offline. Dampaknya? Setelah Refal Hady bergabung, penjualan produk naik 15,39% dan pendapatan melonjak 25,9% dalam satu bulan. Ini membuktikan bahwa memilih figur yang tepat bisa memberikan dampak positif yang signifikan bagi bisnis.

Intip Masa Depan: Tren Influencer Marketing di Indonesia

Dunia digital terus berubah, begitu juga dengan influencer marketing. Diperkirakan pasar influencer marketing di Indonesia akan terus tumbuh 25% per tahun hingga 2027. Berikut beberapa tren yang perlu kamu antisipasi:

  • Dominasi Video Pendek: Konten di TikTok dan Instagram Reels akan menjadi pusat perhatian. Orang Indonesia rata-rata menghabiskan 105 menit per hari untuk menonton video pendek. Jadi, brand harus fokus pada konten video vertikal yang menarik.
  • Nano & Micro-Influencer Makin Berjaya: Seperti yang dibahas sebelumnya, influencer skala kecil ini makin jadi primadona karena audiensnya lebih percaya dan interaksinya lebih tinggi. Sebanyak 92% konsumen lebih memercayai rekomendasi dari influencer yang terasa “selevel” dengan mereka.
  • Regulasi Makin Ketat: Pemerintah mulai memperketat aturan main. Nantinya, influencer wajib mencantumkan label seperti “#Iklan” atau “Bekerja sama dengan” pada konten berbayar. Pelanggaran bisa dikenai denda, lho.
  • Fokus pada Hasil Jangka Panjang: Brand akan beralih dari kampanye sesaat ke kemitraan jangka panjang dengan influencer. Keberhasilan tidak hanya diukur dari likes dan views, tapi juga dari dampak jangka panjang seperti loyalitas pelanggan (Customer Lifetime Value).

Kesimpulan

Intinya, influencer marketing adalah strategi yang sangat potensial jika dieksekusi dengan matang. Ini bukan cuma soal bayar orang terkenal untuk posting produkmu, tapi soal membangun koneksi yang otentik dengan audiens melalui orang yang mereka percaya. Dengan strategi yang tepat, brand-mu juga bisa merasakan hasil yang luar biasa!

Sumber

3 Studi Kasus Influencer Marketing Sukses yang Dapat Kamu Tiru!

7 Kesalahan dalam Influencer Marketing

7 Strategi Memilih Influencer yang Tepat untuk Brand Kamu

Masa Depan Influencer Marketing