
Saat dunia makin terkoneksi dalam lanskap modern yang serba online. Memiliki citra diri atau personal branding menjadi sesuatu yang penting. Dengan membangun citra diri yang unik, konsisten, dan autentik orang lain jadi mudah mengenal siapa kamu sebenarnya. Bagi Generasi Z (Gen Z) yang tumbuh dengan media sosial, personal branding bukan hanya tren tetapi sebuah keharusan. Kenapa hal ini menjadi penting? Menurut Deloitte 2024, 70% Gen Z lebih percaya pada brand atau individu yang tampil autentik di media sosial. Rekruter, partner bisnis, bahkan investor sering mengecek media sosial atau jejak digital. Personal branding yang kuat bisa membuka peluang baru karena reputasi kamu sudah “bicara” lebih dulu.
Salah satu tokoh yang paling vokal membahas hal ini adalah Gary Vaynerchuk atau Gary Vee, pakar digital marketing yang selalu menekankan bahwa personal branding harus dibangun dengan keaslian, bukan kepalsuan.
Filosofi Gary Vee dalam Personal Branding
Inti dari strategi Gary Vee adalah autentisitas, kamu tidak bisa punya dua wajah berbeda di dunia nyata dan dunia digital. Audiens bisa merasakan apakah kontenmu asli atau dibuat-buat. Dalam dunia yang penuh dengan citra palsu di media sosial, keaslian menjadi nilai jual yang sangat kuat. Gen Z seringkali menghadapi tekanan untuk tampil sempurna di media sosial, memprioritaskan estetika di atas substansi, yang dapat menyebabkan kebingungan tentang autentisitas. Maka dari itu buatlah Personal Branding dengan menjadi diri sendiri.
Membangun Citra Diri dengan Konten yang Efektif
Untuk membangun personal branding yang kuat, konten adalah raja. Gary Vee menganjurkan kamu untuk mengenal karakter sosial media supaya kamu bisa menerapkan strategi yang efektif di media sosial untuk membangun personal branding kamu. Ini rahasianya:
- Dokumentasikan, Jangan Ciptakan: Daripada berusaha membuat konten yang sempurna dari nol, dokumentasikan saja perjalanan dan pengalaman Kamu. Ini lebih praktis dan autentik, sehingga memungkinkan audiens untuk terhubung dengan Kamu.
- Konten Pilar: Buat satu konten “pilar” (misalnya, vlog harian, Q&A, atau wawancara panjang) yang kemudian dapat dipecah menjadi puluhan konten yang lebih kecil dan disesuaikan dengan setiap platform. Contoh konten pilar Gary Vee termasuk DailyVee dan AskGaryVee.
- Kualitas dan Kuantitas: Keduanya diperlukan. Kualitas itu subjektif, sedangkan kuantitas itu pasti. Jangan biarkan keraguan tentang kualitas menghentikan Kamu untuk memposting. sebarkan konten Kamu, dan biarkan audiens yang menentukan kualitasnya.
- Adaptasi Platform: Setiap platform media sosial memiliki gaya komunikasi dan audiens yang berbeda. LinkedIn cocok untuk konten profesional, sementara TikTok bisa untuk sisi kreatif. Gary Vee menyarankan untuk mendominasi semua platform utama seperti Facebook, Twitter, YouTube (dan YouTube Shorts), Instagram, Snapchat Spotlight, dan LinkedIn. Facebook, misalnya, dengan hampir 2 miliar pengguna aktif bulanan, menawarkan akses yang tak tertandingi ke audiens yang masif.
Baca: Jenis Jenis Media Sosial dan Fungsinya
Pentingnya Konsistensi dan Memanfaatkan Teknologi
Gary Vee menekankan bahwa kerja keras dan konsistensi adalah fondasi kesuksesan. Membangun personal branding bukanlah proses instan, melainkan perjalanan yang membutuhkan waktu dan usaha yang signifikan. Ia juga mendorong untuk memanfaatkan teknologi dan tren baru. Ini termasuk berinvestasi pada iklan untuk distribusi konten.
Di masa depan, teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) dan Voice-First platforms (misalnya, Amazon Alexa dan Google Assistant) akan terus mengubah lanskap personal branding. Gary Vee menyarankan untuk mulai bereksperimen dengan AI dan Voice-First platforms sekarang, karena ini adalah peluang yang belum banyak dimanfaatkan.
Mengatasi Tantangan bagi Gen Z
Gen Z menghadapi tantangan unik dalam personal branding, seperti tekanan media sosial, persaingan ketat, dan kurangnya pemahaman tentang autentisitas. Strategi untuk menghadapinya meliputi:
- Menentukan nilai dan visi pribadi.
- Konsisten dalam konten digital di semua platform.
- Mengelola jejak digital dengan bijak untuk menjaga privasi dan reputasi.
- Terbuka terhadap umpan balik dan kritik.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip autentisitas, konsistensi, kerja keras, adaptasi konten, dan pemanfaatan teknologi yang cerdas, Generasi Z dapat membangun personal branding yang kuat dan tak terlupakan di era digital. Ini bukan hanya tentang sukses finansial, tetapi juga tentang hidup yang autentik dan memenuhi potensi diri.
source: https://youtu.be/ZjIkY16BYZs?si=2FmjgkYGycNxCWMr