Bingung memilih pakaian untuk hari ini? Celana jeans pria adalah solusi aman yang mudah dipadukan untuk berbagai aktivitas harian. Pakaian ini telah menempuh perjalanan panjang, dari seragam pekerja kasar hingga menjadi simbol mode yang tak lekang oleh waktu. Tapi, bagaimana sebenarnya asal-usul celana jeans yang kini begitu populer ini? Mari kita telusuri kisahnya yang menarik.

Celana Jeans Pria Dari Pekerja Tambang hingga Peternak
Istilah ‘jeans’ mulai dikenal pada tahun 1800-an, merujuk pada kain katun twill yang biasa dipakai untuk celana panjang. Celana jeans pria biru yang kita sebut denim saat ini, sebenarnya berasal dari kota Nimes, Prancis, sehingga dikenal sebagai bleu de Nimes. Kain denim yang kokoh ini dibuat dari bahan ‘Serge de Nimes’. Menariknya, meskipun kain ini berasal dari Prancis, denim pertama yang digunakan untuk produk Levi’s justru didapatkan dari pabrik tekstil Amoskeag Mills di Manchester, dengan berat 9oz.
Celana jeans pria pertama kali mendapatkan paten pada 20 Mei 1873. Paten ini diberikan kepada Jacob Davis, seorang penjahit dari Nevada, dan Levi Strauss, pemilik toko kain di San Francisco. Levi Strauss adalah seorang imigran muda asal Jerman yang tiba di Amerika Serikat pada tahun 1847 dan kemudian mendirikan toko tekstilnya sendiri, Levi Strauss & Company, di San Francisco pada tahun 1853.
Pada awalnya, celana jeans pria dirancang khusus untuk para pekerja kasar, seperti penambang, koboi, dan buruh, terutama di Amerika Barat pada tahun 1920-an dan 1930-an. Kainnya yang kuat dan tidak mudah rusak sangat cocok untuk pekerjaan berat. Untuk mengatasi masalah saku yang sering robek, Strauss dan Davis memiliki ide untuk menambahkan paku keling logam di bagian-bagian celana yang rawan ketegangan, seperti sudut saku dan pangkal kancing. Ide ini bermula dari permintaan istri seorang buruh lokal kepada Jacob Davis untuk membuatkan celana yang lebih awet bagi suaminya.
Produk pertama mereka dikenal sebagai XX, kependekan dari ‘Extra, Extra Strong’. Celana ini dilengkapi dengan Button Fly, satu saku belakang, dan saku jam tangan. Mengingat banyak pekerja yang buta huruf, Levi Strauss menciptakan logo bergambar dua kuda yang saling menarik celananya pada tahun 1886. Logo ini dijahit di bagian belakang celana, berfungsi sebagai tanda kekuatan dan membantu pelanggan buta huruf mengidentifikasi produk asli Levi’s saat berbelanja.
Evolusi Desain: Fitur Ikonik yang Bertahan
Berbagai detail ikonik pada celana jeans pria mulai berkembang seiring waktu:
- Strauss menambahkan jahitan lengkung ganda berwarna oranye untuk memperkuat konstruksi dan memberikan ciri khas gaya Levi’s.
- Loop sabuk atau tempat sabuk baru muncul pada tahun 1922.
- Pada beberapa model, ritsleting mulai menggantikan kancing bulat pada tahun 1954.
- Ketika paten Strauss dan Davis berakhir pada tahun 1890, teknik ini menjadi ‘public domain’. Ini memungkinkan produsen lain untuk mereproduksi gaya tersebut, seperti Osh Kosh B’Gosh (1895), Blue Bell (kemudian menjadi Wrangler, 1904), dan Lee Mercantile (1911).
- Pada tahun 1890, Levi’s memperkenalkan model celana baru, yaitu Levi’s 501, yang kelak menjadi ikonik. Awalnya, model 501 hanya memiliki satu saku belakang, namun dua saku belakang mulai diperkenalkan pada tahun 1901.
- Selama Perang Dunia II, Levi’s harus beradaptasi dengan kebijakan pemerintah untuk menghemat bahan baku dan biaya produksi. Beberapa perubahan signifikan yang dilakukan antara lain: penghilangan paku keling di selangkangan dan saku jam tangan, penggantian kancing bermerek dengan kancing standar, serta penggantian jahitan Arcuate di saku belakang dengan ‘pocket flasher’.
Merambah Budaya Pop: Simbol Pemberontakan dan Gaya
Kepopuleran celana jeans pria mulai meluas ke dunia Hollywood pada tahun 1920-an dan 1930-an. Banyak film koboi pada masa itu menampilkan aktor-aktor seperti John Wayne atau Gary Cooper yang mengenakan celana jeans, semakin memperkenalkan pakaian ini kepada publik.
Namun, transformasi besar jeans sebagai simbol budaya pop terjadi sekitar tahun 1950-an. Aktor-aktor legendaris seperti James Dean dan Marlon Brando yang kerap memakai jeans dalam film-film mereka, menjadikan jeans sebagai lambang pemberontakan dan anti-kemapanan. Bintang rock ‘n’ roll juga turut memperkuat gaya ini. Kemudian, pada tahun 1960-an hingga awal 1970-an, kaum hippies dan demonstran anti-perang mengenakan jeans sebagai bentuk dukungan terhadap kelas pekerja.
Pada era ini pula, pengaruh budaya pop mendorong para remaja untuk mengikuti gaya selebriti yang sering mengenakan celana Levi’s, seperti Marilyn Monroe dan Marlon Brando. Uniknya, para remaja ini mulai menyebut celana denim tersebut sebagai ‘Jeans‘, bukan lagi ‘waist overalls’. Karena popularitas sebutan ini, pada tahun 1960, Levi’s secara resmi mengubah nama produk mereka dari ‘waist overalls’ menjadi ‘Jeans‘ agar lebih sesuai dengan target pasar remaja. Film dan musik Amerika Serikat pada era 1950-an juga berperan penting dalam menyebarkan budaya berpakaian jeans ke negara-negara lain, termasuk Inggris, Eropa, dan Jepang.
Kepopuleran jeans terus meningkat di kalangan berbagai subkultur remaja pada tahun 1960-an. Hampir semua subkultur tersebut, mulai dari Hippies, Greasers, Rockers, Mods, Punk, hingga Skinhead, mengadopsi celana jeans sebagai bagian penting dari gaya mereka, dengan celana jeans Levi’s menjadi pilihan utama. Jeans juga terlihat dipakai oleh inovator terkemuka seperti Steve Jobs, yang bahkan menggunakannya saat presentasi produk perusahaannya. Selain itu, mantan Presiden Amerika Barack Obama dan Presiden Indonesia Joko Widodo juga sering terlihat mengenakan jeans dalam berbagai kesempatan, menunjukkan daya tariknya di berbagai profesi dan generasi.
Dari Jalanan ke Catwalk: Jeans di Dunia Mode
Transformasi celana jeans menjadi fashion item berkelas dimulai pada akhir tahun 1970-an, saat dunia mode kelas atas mulai tertarik. Fiorucci memperkenalkan Jeans Buffalo 70 dengan gaya yang ketat, gelap, mahal, dan eksklusif. Sebuah kontras dengan celana jeans pudar yang populer di kalangan anak muda saat itu.
Momen penting terjadi ketika Calvin Klein menampilkan jeans di catwalk fashion pada tahun 1976. Langkah ini diikuti oleh Gloria Vanderbilt yang memperkenalkannya pada tahun 1979. Memasuki era 1990-an, rumah mode mewah ternama seperti Versace, Dolce & Gabbana, dan Dior juga turut memasuki pasar jeans. Mengukuhkan posisinya sebagai bagian dari mode mewah. Bahkan, desainer legendaris Yves Saint Laurent pernah menyatakan harapannya bisa menjadi penemu jeans biru. Mengagumi ‘ekspresi, kesopanan, daya tarik seks, dan kesederhanaan’ yang dimilikinya.
Mengapa Celana Jeans Pria Tetap Digemari?
Hingga kini, celana jeans pria tetap menjadi pilihan pakaian yang tak lekang oleh waktu, meski tren fashion terus berganti. Levi’s, sebagai produsen celana jeans terbesar di dunia dengan pengalaman lebih dari 170 tahun. Produknya telah tersebar di lebih dari 100 negara, termasuk Indonesia.
Dari pakaian kerja yang kokoh, simbol pemberontakan budaya, hingga item mode mewah. Jeans telah membuktikan posisinya sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah dan gaya hidup. Keberadaan celana jeans menandakan bahwa item ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari koleksi setiap orang. Menegaskan perannya yang abadi dalam dunia fashion.