Strategi Pemasaran Konten Gen Z

Gimana sih biar effort marketing brand kamu nyampe ke Gen Z? Sini, gue spill clue-nya! 🤪

Gen Z (kelompok usia yang lahir sekitar 1997 hingga 2012) itu anak digital native sejati yang tumbuh bareng internet dan smartphone. Mereka melek teknologi parah. Strategi pemasaran harus disesuaikan banget sama karakter mereka.

Mereka anti iklan yang hard selling alias pushy karena mereka udah “melatih” diri buat menghindarinya. Kuncinya ada di influencer marketing.

Gen Z Maunya Konten Kayak Gimana?

  1. Autentik dan Relatable: Gen Z sangat peka sama keaslian (autentisitas) dan transparansi. Mereka lebih suka yang authentic dan no filter, mencari cerita dan koneksi, bukan sekadar iklan. Storytelling soal pengalaman nyata atau behind the scene produk itu jauh lebih engaging daripada promosi to the point.
  2. Short dan Aesthetic: Gen Z punya tingkat kejenuhan yang tinggi. Konten harus sat set! Video pendek (15–30 detik) dengan hook kuat di 3 detik pertama itu wajib. Platform kayak TikTok booming karena format video pendeknya. Konten visual yang aesthetic di feeds (misalnya di Instagram) juga perlu dikreasi biar mata tertarik.
  3. Ikut Trend tapi Stay TrueGaspol ikutin trend yang lagi viral (musik, soundchallenge) buat kesempatan FYP(For You Page). Tapi, ingat, harus sefrekuensi sama tone dan nilai brand biar enggak kelihatan maksa.
  4. Interaktif dan Community-First: Gen Z ingin diikutsertakan dalam percakapan dan merasa jadi bagian dari cerita. Konten yang ngajak interaksi kayak polling, Q&A, challenge, atau User-Generated Content (UGC) itu ampuh banget buat engagement.

Pentingnya Influencer Marketing

Gen Z cenderung lebih percaya pada influencer atau content creator daripada iklan TV atau media tradisional. Faktanya, 44% Gen Z bikin keputusan beli karena rekomendasi dari social influencer.

  • Micro-Influencer is The Real Deal: Gen Z lebih sreg sama micro-influencer (biasanya 10K–100K followers). Kenapa? Karena mereka dianggap lebih jujurrelatable kayak teman sendiri (bukan seleb yang enggak terjangkau), punya niche spesifik, dan engagement rate-nya lebih tinggi.
  • Brand Values: Gen Z itu peduli banget sama nilai dan dampak sosial perusahaan (seperti isu lingkungan atau keadilan sosial). Mereka lebih loyal ke brand yang menyediakan materi otentik yang selaras dengan nilai dan gaya hidup mereka. Jadi, influencer yang dipilih harus sejalan sama value brand.
  • Kolaborasi Jangka Panjang: Daripada cuma kerja sama sekali, brand disarankan buat partneran jangka panjang sama influencer yang dipilih. Ini akan memperkuat kredibilitas di mata Gen Z.

Platform Recommended buat Marketing

Gen Z aktif di berbagai platform, jadi strategi hybrid (menggunakan keduanya) itu bagus.

  1. TikTokJagoan buat viralitas cepat karena algoritma FYP-nya friendly buat konten baru, bahkan dari akun kecil. Lebih populer di kalangan usia 16–24 tahun.
  2. Instagram: Cocok buat visual storytellinglifestyle, dan konversi premiumPlatform ini sudah jauh lebih berkembang dan memiliki fitur seperti Reels (meniru TikTok) dan Stories. Instagram juga sering digunakan Gen Z untuk komunikasi dengan teman dan keluarga.
  3. YouTube: Masih top tier dan paling populer di kalangan remaja (95% remaja menggunakan YouTube). Cocok buat long form content (tutorial, vlogs) dan edukasi.

Intinya, kalau mau ngga dicuekin Gen Z, brand kamu harus inovatifautentik, dan berani spill realitaYuk, gass! 🚀