Anda mungkin sering melihatnya, kedai kopi dengan logo unik yang tiba-tiba merajalela di kota-kota besar Indonesia. Ya, itulah Tomoro Coffee, merek kopi yang berhasil mencuri perhatian dengan pertumbuhan yang sangat cepat, menawarkan kopi berkualitas dengan harga yang sangat terjangkau. Namun, di balik ekspansi agresif dan harga promosi yang fantastis (mulai dari Rp 9.000), ada strategi cerdik yang menjadikan Tomoro Coffee lebih dari sekadar bisnis kopi biasa.

Tomoro Coffee: Bisnis Kopi Murah yang Berbasis Teknologi
Salah satu hal yang paling “aneh” namun masuk akal dari Tomoro Coffee adalah fakta bahwa pendirinya tidak memiliki latar belakang di industri makanan dan minuman (F&B). CEO Tomoro Coffee, Xing Wei Yuan, atau akrab disapa Star, sebelumnya adalah cofounder J&T Express dan direktur di Oppo. Pengalaman Star yang luas di perusahaan teknologi inilah yang menjadi fondasi utama strategi Tomoro.
Menurut pengamat, bisnis kopi yang ingin tumbuh besar bukanlah hanya tentang produk kopinya saja (product-centric). Investor dan pelaku bisnis modern melihatnya sebagai “pertarungan bisnis teknologi”. Mereka menganalisis store economics dan unit economics, yaitu bagaimana setiap toko menghasilkan pendapatan, biaya operasional, hingga margin keuntungan. Seluruh proses bisnis dari hulu ke hilir harus dioptimalkan seefisien mungkin agar biaya serendah mungkin dan pendapatan setinggi mungkin.
Ambisi Tomoro Coffee bahkan tidak main-main. Dalam 5 tahun ke depan, mereka berharap bisa sebesar Oppo atau J&T, perusahaan teknologi logistik dengan valuasi di atas Rp 100 triliun. Ini menunjukkan bahwa visi Tomoro bukan sekadar menjual kopi, melainkan membangun ekosistem bisnis yang efisien berbasis teknologi.
Strategi Efisiensi dan Otomatisasi Kunci Harga Terjangkau
Bagaimana Tomoro Coffee bisa menjual kopi dengan harga murah tapi tetap menjaga kualitas? Kuncinya adalah efisiensi yang maksimal. Tomoro belajar dari pemain lama seperti Kopi Kenangan dan Janji Jiwa. Mereka mengubah proses yang signifikan, yaitu dengan menggunakan mesin kopi otomatis bernama Eversys. Mesin ini memungkinkan proses pembuatan kopi dari biji hingga menjadi minuman selesai secara otomatis.
Pendekatan ini memiliki beberapa keuntungan:
- Barista tidak perlu terlalu banyak atau terlalu “pintar” dalam meracik kopi, cukup memahami cara menekan tombol.
- Biaya operasional lebih rendah karena staf yang lebih sedikit dan proses yang lebih cepat (kurang dari 2 menit per cangkir).
- Kualitas produk tetap konsisten dan “high quality” meskipun dengan biaya operasional yang rendah.
- Gerai Tomoro cenderung memiliki format kecil dan staf barista yang minim, sehingga menghemat biaya sewa dan gaji.
Selain itu, Tomoro juga sangat fokus pada optimalisasi supply chain, mendekati komunitas petani lokal untuk pengadaan biji kopi. Mereka menggunakan 100% biji kopi Arabika berkualitas dan bahkan menggandeng juara barista dunia Dale Harris dan juara barista Indonesia Muhammad Aga untuk menjamin kualitas produk.
Menyasar Pasar Massal Indonesia: Konsumen Kopi Sachet Jadi Target!
Indonesia adalah pasar kopi yang sangat potensial. Sebagai negara produsen kopi terbesar ketiga di dunia dan konsumen kopi nomor satu di Asia Tenggara (150 cangkir per orang per tahun), Indonesia adalah “market validator” yang tepat bagi Tomoro.
Salah satu strategi paling cerdas Tomoro coffee adalah menargetkan pasar kopi sachet. CEO Tomoro coffee menyatakan bahwa 90% pasar kopi di Indonesia didominasi kopi sachet karena harganya lebih murah. Tomoro berupaya “mengambil” pangsa pasar ini dengan menawarkan kopi fresh brew yang berkualitas lebih baik dengan harga yang bersaing, bahkan bisa Rp 9.000 dengan promo aplikasi. Hal ini didukung fakta bahwa mayoritas masyarakat Indonesia bersedia mengeluarkan Rp 11.000 hingga Rp 30.000 untuk kopi mereka.
Dengan positioning sebagai merek yang efisien, grab and go, dan harga murah, Tomoro coffe berhasil menembus pasar massal. Terbukti, dalam 1,5 tahun, Tomoro coffe telah membuka 500 gerai di 26 kota di Indonesia. Target ambisius mereka adalah memiliki 2.000 cabang di Indonesia dan 4.000 cabang di seluruh Asia Tenggara. Pendanaan signifikan dari ATM Capital, sebuah VC yang berfokus pada pasar Asia Tenggara, turut mendukung ekspansi pesat ini.
Peran Krusial Teknologi dan Pengalaman Pelanggan
Teknologi tidak hanya di balik layar, tetapi juga dalam interaksi dengan pelanggan. Aplikasi Tomoro coffee (Tomoro App) menjadi salah satu kunci penting. Melalui aplikasi ini, pelanggan bisa mendapatkan promo dan diskon (terutama untuk pengguna baru). Aplikasi juga memungkinkan Tomoro coffe mengumpulkan data pelanggan dan membangun hubungan. Pelanggan bahkan bisa memesan di aplikasi dan langsung mengambil pesanan di gerai tanpa antre.
Tomoro coffe juga memahami gaya hidup ngopi di Indonesia. Gerai-gerai mereka dilengkapi dengan fasilitas seperti AC, WiFi, dan colokan charger, menciptakan tempat yang nyaman untuk nongkrong atau bekerja. Dengan waktu tunggu yang singkat (di bawah 2 menit per cangkir), Tomoro memastikan pengalaman pelanggan yang cepat dan memuaskan.
Tantangan dan Masa Depan Tomoro Coffee
Meskipun ekspansi dan strategi Tomoro terlihat menjanjikan, pertanyaan besar tetap ada: bisakah Tomoro Coffee menjadi merek nomor 1 di Indonesia dan mengalahkan raksasa yang sudah ada?. Beberapa pihak masih menunggu dan melihat bagaimana repeat purchase atau pembelian berulang akan terjadi dalam jangka panjang, mirip dengan fenomena Mixue yang sempat merajalela lalu menjamur. Ada pula beragam pendapat tentang rasa kopi Tomoro coffe ; ada yang merasa kurang enak, ada pula yang tidak masalah selama murah dan mengandung kafein.
Keberhasilan Tomoro di masa depan akan sangat bergantung pada kemampuan tim manajemen dan founder untuk terus belajar dan beradaptasi dengan cepat, mengingat target mereka yang sangat ambisius. Seperti seorang ahli balap yang tidak hanya fokus pada kecepatan mobilnya, tetapi juga merancang ulang seluruh lintasan, pit stop, dan tim mekanik dengan teknologi tercanggih, Tomoro Coffee sedang berupaya memastikan setiap “putaran” bisnis dilakukan seefisien dan semurah mungkin, demi mencapai kemenangan besar di garis akhir persaingan pasar kopi Indonesia.